Pengalaman Mendaki Di Gunung Penanggungan - Rutinitas kuliah yang harus bergulat dengan tugas membuat kami ber 8 memutusakan untuk mendaki ke gunung penanggungan dengan ketingginan 1.653 MDPL yang posisinya berada di Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan. Kami sepakat untuk berkumpul habis magrib di salah satu rumah salah satu teman yang ikut mendaki, satu persatu datang lalu membongkar barang bawaan mulai dari tenda, sleeping bag, matras, air mineral, makananan dan baju ganti, kompor dan lain sebagainya.
|
Pemandangan dari puncak penaggungan |
Kami berangkat menuju penanggungan jam 19.00 dan sampai di jalur pendakian via Tamiajeng pukul 20.00 cuaca kali ini sangat mendukung cerah dan tidak hujan. Seusai memarkir kendaraan (Rp.10.000/motor) kami melanjutkan untuk mendaftar perizinan pendakian (Rp.10.000/orang) selesai perizinan kami diberi Bimbingan oleh seorang pemandu seperti adanya perubahan jalur dan tata krama di gunung, jangan meninggalkan sampah digunung, kami juga diigatkan agar selalu waspada, ada kasus seorang pendaki turun gunung dengan berlari dan akhirnya jatuh dan meninggal. Seusai mendapat kiat-kiat dari pemandu, kami dipersilahkan untuk tracking, sebelum itu kami berdoa untuk diberi kelancaran selama naik dan turun gunung.
Jalan menuju pos 2 masih berupa jalan setapak biasa, lalu jalan berkerikil melintasi perkebunan warga sekitar sambil menikmati alunan suara hewan malam, tak lupa senter kami nyalakan karena cahaya bulan tidak cukup menerangi jalan, sekitar 10 menit kami tiba di pos 2. Di Pos 2 ini masih ada beberapa warung-warung yang menjajakan air mineral dan beberapa makanan, Terdapat pula pendaki yang beristirahat menyiapkan stamina mereka, karena setelah pos 2 jalur akan semakin menantang.
Ini pengalaman ke 2 saya mendaki gunung Penanggungan dan kali ini saya merasa sangat capek setelah pos 3 sampai saya berhenti berkali-kali, dan disini kekompakan harus tetap terjaga. Saya berulang kali minta break karena kelelahan. Kenapa saya kelelahan? selain karena medan yang cukup terjal adalah saya memakai pakaian tebal (hoodie + celana jeans) dan itu menghambat gerak kaki dan suhu tubuh menjadi panas dan mengakibatkan kelelahan dan saya memutuskan mengganti pakaian saat itu juga. Setelah drama pakaian kami bisa melanjutkan perjalanan dengan lancar tanpa ada gangguan.
Di perjalanan kami banyak berjumpa dengan pendaki lainnya yang sedang beristirahat sesekali menyapa "monggo mas"(mari mas), "monggo mbak"(mari mbak). Sering juga kami menyemangati pendaki yang kesusahan "Semangat mbak, mas" dan begitu sebaliknya kami juga mendapat semagat dari mereka. Setelah Melewati pos 4 beberapa kawan kami memutuskan untuk mencoba jalur evakuasi, termasuk saya. Perbedaan jalur evakuasi ini tidak ada bebatuan kita hanya menerobos semak-semak dan menanjak sedangkan jalur satunya menuju puncak bayangan adalah bebatuan yang cukup terjal. Saat berhenti sebentar kami menoleh kearah belakang terpapar pemandangan lampu- lampu rumah penduduk malang yang menjadikan semangat untuk menuju puncak.
Pukul 23.00 Kami sampai di puncak bayangan, puncak bayangan digunakan para pendaki untuk singgah sebentar dan membangun tenda sebelum menuju puncak pawitra(Gunung Penanggungan). Rombongan kami akhirya berjumpa kembali setelah terpisah oleh jalur. Kami membangun tenda dan memasak makanan dan membuat kopi sebagai penghangat tubuh karena udara dingin menyerang secara perlahan.
Seusai mengisi perut kami pun beristirahat karena perjalanan akan dilanjutkan kembali pukul 04.00 menuju puncak. Udara dingin masuk kedalam tenda yang membuat saya tidak bisa tidur dan cukup memejamkan mata sambil mendengar percakapan pendaki sebelah yang cukup menghibur.
Pukul 04.00 kami ber 6 memutuskan untuk menuju puncak dan 2 orang lainnya meneruskan tidurnya dan tidak ikut menuju puncak. Perjalanan menuju puncak memakan waktu 2 jam dengan medan yang ekstrem bebatuan dengan kemiringan. Menuju puncak kami hanya membawa persediaan air berukuran 200 ml dan harus dibagi 6 orang, tentunya tidak cukup, salah satu pendaki yang mendaki sendirian menuju puncak memberi air mineral ukuran mini untuk kami dan itu sangat berharga karena tidak ada sumber air. Beberapa kali menengok kebawah nampak para pendaki memanjat bebatuan, tenda-tenda yang dibangun dipuncak bayangan, dan beberapa pemandangan pegunungan yang indah.
Pukul 05.40 kami Mencapai puncak dan dihamparkan oleh pemandangan wilayah malang gunung yang ada didepan kami seolah menyapa kami "Hei, Aku ada disini, kau bisa melihatku". Rasanya bangga sekali bisa mencapai puncak dan sadar bahwa kita hanya titik kecil di alam yang luas ini. Saat mendaki saya seolah berdebat dengan diri saya sendiri, sempat berfikiran bahwa "saya tidak akan kuat sampai kepuncak", namun saya berkata pada diri saya sendiri " ayo kamu bisa, bisa, kamu payah kalau tidak sampai puncak" dan ya, saya bisa mencapai puncak.
Setelah selca/selfie sana sini kami memutuskan untuk turun ke puncak bayangan. Dalam perjalanan turun kami harus berhati-hati dan harus bersimpangan dengan pendaki yang naik ke puncak. Beberapa dari kami sesekali juga terpeleset karena jalur yang curam.
Setibanya kami di puncak banyangan kami membongakar tenda dan memunggut sampah memasukkan dalam satu wadan untuk dibawa turun gunung. Turun gunung memakan waktu 1 jam Cuaca sangat bersabahat dengan kami. Sampai dibawah sampah dikumpulkan di bawah di pos 1 yang menampung sampah dari para pendaki.
Mendaki gunung merupakan pengalaman yang berarti cukup saya kesabaran, solidaritas dan tentunya kuasa dari-Nya yang membuat alam begitu besar dan membuat saya begitu menghargai arti rumah. Rumah adalah tempat terbaik yang memberi kenyamanan, kehangatan yang tidak dapat dirasakan selama di gunung.