Malam satu suro adaah hari pertama di dalam kalender Jawa di Bulan Sura. Berbagai pandangan masyarakat mengenai malam satu suro adalah masyarakat jawa yang menggambarkan bahwa malam satu suro adalalah malam yang "Kramat", Terlebih lagi malam satu suro jatuh pada Jum'at Legi, yang dikaitkan dengan hal mistis.
Sebagian masyarakat Jawa pada malam satu suro dilarang berpergian, kecuali untuk beribadah dan berdoa. Berikut 6 macam ritual yang dilakukan selama Malam satu Suro.
1. Siraman
Siraman merupakan ritual sebagai umpama penghapus dosa, terlahir kembali, seperti bayi yang baru lahir. Mandi besar dengan menggunakan air kembang sebagai bentuk sembah raga (sariat). Saat dilakukannya siraman dilakukan sambil berdoa memohon kepada tuhan agar senantiasa dilindungi dan memohon keselamatan diri dan keluarga serta kerabat.
2. Mbisu
Mbisu yang artinya berdiam sambil bertirakat menjaga mulut agar mengucapkan hal yang baik. Sebab dalam malam satu suro penuh tirakat dan doa-doa lebih mudah terwujud. Sehingga kita harus menjaga ucapan guna tidak mencelakai diri maupun orang lain.
3. Menggiatkan Ziarah
Berziarah kemakam para leluhur yang dahulu berjasa bagi masyarakat bangsa, sehingga negri nusantara ini ada. Selain mendoakan ziarah juga bisa menjadi tindakan konkrit generasi penerus untuk menghormati para leluhur.
4. Sesaji
Sesaji biasanya berupa Bunga mawah merah dan putih putih, bunga kenanga, kantil, melati. Bunga-bunga tersebut memiliki arti dan makna tersendiri.
5. Jemasan Pusaka
Tradisi ini dalam rangka merawat dan melestarikan peninggalan para leluhur. Pusaka memiliki beribu-ribu makna yang tersirat di balik wujud bendanya.
Pusaka juga menjadi simbol untuk pengingat kepada para Leluhur. Selain itu pusaka menjadi benda bersejarah dan memudakan kita untuk bersimpati pasa kemajuan teknologi dan kearifan lokal bagi para perintis bangsa terdahulu.
6. Larung Sesaji
Larung sesaji merupakan ritual yang dimaksudkan untuk brterimakasih kepada alam(sedekah alam). Berbagai hasil alam, sayur, mayur, umbi-umbian di berikan di laut, gunung atau tempat-tempat tertentu. Hal ini bisa dianggap musrik namun kita hanya menatap tanpa ada pemahaman mengenai larung sesaji.
Larung sesaji juga bisa disebut sebagai interaksi kita terhadap alam semesta.
Itulah Ritual yang dilakukan masyaraakat jawa untuk memperingati malam Satu Suro. Semoga bisa menambah wawasan mengenai adat dan budaya jawa.
Kirab Kebo Kraton Kasunan Surakarta |
Sebagian masyarakat Jawa pada malam satu suro dilarang berpergian, kecuali untuk beribadah dan berdoa. Berikut 6 macam ritual yang dilakukan selama Malam satu Suro.
1. Siraman
Siraman merupakan ritual sebagai umpama penghapus dosa, terlahir kembali, seperti bayi yang baru lahir. Mandi besar dengan menggunakan air kembang sebagai bentuk sembah raga (sariat). Saat dilakukannya siraman dilakukan sambil berdoa memohon kepada tuhan agar senantiasa dilindungi dan memohon keselamatan diri dan keluarga serta kerabat.
2. Mbisu
Mbisu yang artinya berdiam sambil bertirakat menjaga mulut agar mengucapkan hal yang baik. Sebab dalam malam satu suro penuh tirakat dan doa-doa lebih mudah terwujud. Sehingga kita harus menjaga ucapan guna tidak mencelakai diri maupun orang lain.
3. Menggiatkan Ziarah
Berziarah kemakam para leluhur yang dahulu berjasa bagi masyarakat bangsa, sehingga negri nusantara ini ada. Selain mendoakan ziarah juga bisa menjadi tindakan konkrit generasi penerus untuk menghormati para leluhur.
4. Sesaji
Sesaji biasanya berupa Bunga mawah merah dan putih putih, bunga kenanga, kantil, melati. Bunga-bunga tersebut memiliki arti dan makna tersendiri.
5. Jemasan Pusaka
Tradisi ini dalam rangka merawat dan melestarikan peninggalan para leluhur. Pusaka memiliki beribu-ribu makna yang tersirat di balik wujud bendanya.
Pusaka juga menjadi simbol untuk pengingat kepada para Leluhur. Selain itu pusaka menjadi benda bersejarah dan memudakan kita untuk bersimpati pasa kemajuan teknologi dan kearifan lokal bagi para perintis bangsa terdahulu.
6. Larung Sesaji
Larung sesaji merupakan ritual yang dimaksudkan untuk brterimakasih kepada alam(sedekah alam). Berbagai hasil alam, sayur, mayur, umbi-umbian di berikan di laut, gunung atau tempat-tempat tertentu. Hal ini bisa dianggap musrik namun kita hanya menatap tanpa ada pemahaman mengenai larung sesaji.
Larung sesaji juga bisa disebut sebagai interaksi kita terhadap alam semesta.
Itulah Ritual yang dilakukan masyaraakat jawa untuk memperingati malam Satu Suro. Semoga bisa menambah wawasan mengenai adat dan budaya jawa.
EmoticonEmoticon